Oleh, Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak signifikan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. AI tidak hanya memberikan solusi pada beragam persoalan, tetapi juga berhasil menembus batas cara berpikir manusia. Namun, di balik manfaat besar yang ditawarkan, muncul kekhawatiran tentang dampak jangka panjang yang dapat memengaruhi generasi mendatang, khususnya Generasi Z.
Seiring dengan semakin bergantungnya manusia pada AI, muncul tanda-tanda bahwa kemampuan berpikir, berkreasi, dan berinovasi mulai tergerus. Otak manusia, yang seharusnya menjadi pusat pengembangan ide dan konsep, kini cenderung bergantung pada teknologi untuk menyelesaikan berbagai tugas. Akibatnya, manusia menjadi lebih teoritis—mampu membaca konsep yang ada tetapi kehilangan kemampuan untuk menciptakan konsep baru.
Kekhawatiran ini menyoroti kemungkinan bahwa generasi mendatang akan menjadi generasi yang “banyak tahu tetapi sedikit mampu.” Teknologi mungkin memberikan akses luas terhadap informasi, tetapi jika tidak diimbangi dengan kemampuan praktis dan kreatif, maka manusia akan kehilangan kodratnya sebagai makhluk yang berpikir dan berinovasi.
Sebagai upaya untuk mengatasi hal ini, diperlukan pendekatan baru dalam pembelajaran yang mengembalikan manusia pada konteks, budaya, dan nilai-nilai tradisional. Salah satunya adalah dengan menghidupkan kembali literasi berbasis buku, seperti yang diajarkan dalam risalah Rasul Muhammad SAW melalui perintah iqra’ (membaca). Literasi berbasis buku dianggap sebagai langkah strategis untuk menyelamatkan otak manusia dari ketergantungan teknologi yang berlebihan.
Pendekatan ini mengedepankan pembelajaran yang mendalam, reflektif, dan berbasis nilai, di mana buku menjadi alat utama untuk melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Dengan demikian, generasi mendatang dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya pintar membaca informasi, tetapi juga mampu menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi umat manusia.
Di tengah derasnya arus digitalisasi, pesan ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat global untuk tetap menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan pengembangan kemampuan manusia secara alami.**
Kp. Blang, 24 Januari 2025
Pagi Sabtu di gubuk istri hanya seuntai kata untuk renungan.