Oleh. Abdul Hamid
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar setiap lima tahun sekali merupakan salah satu pesta demokrasi terbesar di Indonesia. Selain menjadi momen untuk memilih pemimpin, Pilkada juga dianggap sebagai “sekolah demokrasi” yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Namun, di tengah semangat demokrasi, masyarakat diingatkan untuk menjaga etika dan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tahapan, termasuk saat berkampanye. Dalam suasana demokrasi yang sehat, perbedaan pilihan seharusnya tidak menjadi penyebab perpecahan. Sebaliknya, hal tersebut menjadi cerminan kematangan bangsa dalam menjalankan prinsip demokrasi.
“Beda pilihan bukanlah mudarat bagi bangsa, tetapi justru menjadi bukti bahwa demokrasi kita telah terbangun. Sayangnya, sering kali kampanye diwarnai dengan saling caci-maki yang justru menjadi laknat bagi negeri ini,”
Bahwa kampanye yang tidak sehat dapat memicu perpecahan di tengah masyarakat, sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia sebagai negara Pancasila. Oleh karena itu, Pilkada harus dimaknai sebagai ajang untuk memupuk persatuan dan menjaga harmoni di tengah keberagaman.
Masyarakat juga diimbau untuk memilih calon pemimpin berdasarkan rekam jejak, visi-misi, dan keyakinan bahwa mereka mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Pilihan yang didasarkan pada pertimbangan matang bukan hanya mencerminkan kedewasaan dalam berdemokrasi, tetapi juga menjadi kontribusi nyata dalam membangun bangsa.
“Pilkada bukan sekadar memilih pemimpin, tetapi juga mencerminkan komitmen kita untuk menjaga persatuan dan mendukung pembangunan. Mari jadikan pesta demokrasi ini sebagai momentum yang memperkuat bangsa,”
Dengan semangat persatuan dan kedewasaan dalam berdemokrasi, Pilkada diharapkan tidak hanya melahirkan pemimpin yang berkualitas, tetapi juga mengokohkan jati diri Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya dan beradab.
Dengan Pilkada akan tumbuh cinta kepada NKRI
Cot Iju, 19 NOV 2024
Semoga bermanfaat