Asakita.news – Aceh – Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas (SMA) menyuarakan keresahan mengenai banyaknya siswa yang lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) tetapi tidak bisa membaca Alquran. Permasalahan ini dianggap sebagai ancaman serius bagi kehidupan beragama generasi muda.
Guru PAI menyatakan bahwa mengajarkan siswa membaca Alquran di usia SMA menjadi tantangan tersendiri. Beberapa siswa merasa malu karena teman-temannya sudah bisa membaca Alquran, sedangkan mereka belum. Selain itu, kesulitan dalam menghafal huruf hijaiyah juga menjadi kendala, terutama bagi siswa yang tidak terbiasa dengan huruf Arab sejak kecil. Keterbatasan waktu di sekolah untuk program remedial baca Alquran semakin memperparah situasi.
“Sekolah harus segera menangani persoalan ini. Jika tidak, akan menjadi petaka bagi kehidupan siswa-siswa kita. Tidak bisa membaca Alquran berarti juga tidak bisa shalat dengan benar,” ungkap salah satu guru PAI.
Guru-guru PAI berharap orang tua lebih berperan aktif dalam pendidikan agama anak-anak mereka. Peran tokoh agama dan pengajar diniyah di kampung juga sangat penting dalam memperbaiki kualitas umat.
“Harapan kami, orang tua dapat bekerja sama dengan kami. Kami membutuhkan dukungan penuh untuk memastikan siswa-siswa kita bisa membaca Alquran dan melaksanakan shalat dengan baik,” tambahnya.
Para guru juga mengusulkan adanya program khusus di sekolah untuk membantu siswa belajar membaca Alquran, serta mendorong orang tua untuk lebih aktif dalam pendidikan agama di rumah.
“Kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat adalah kunci untuk menyelesaikan masalah ini. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan generasi muda kita memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan baik,” pungkas guru tersebut.
Isu ini menjadi perhatian serius bagi semua pihak terkait, dengan harapan adanya solusi konkret yang bisa diterapkan segera untuk mengatasi permasalahan yang ada.