Di tengah terik matahari padang pasir, seorang lelaki tua berjalan dengan langkah mantap. Sosok itu adalah Bilal bin Rabah, seorang budak yang pernah disiksa oleh tuannya karena keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Bilal tetap bertahan meskipun tubuhnya dihimpit batu besar di tengah panasnya gurun, sambil terus mengucapkan, Ahad, Ahad—Allah itu Esa. Apa yang membuatnya tetap teguh meski maut seolah mengintai? Jawabannya adalah istiqamah—konsistensi dalam keimanan dan keyakinan.
Istiqamah telah menjadi pilar penting dalam sejarah peradaban Islam. Tidak hanya Bilal, tetapi juga para sahabat lain seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman, menunjukkan bahwa teguh di jalan Allah, meski penuh rintangan, adalah kunci menuju keberhasilan dunia dan akhirat.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’”
(QS. Fussilat: 30)
Ayat ini menegaskan bahwa istiqamah adalah bukti nyata dari keimanan seseorang. Istiqamah bukan sekadar menjaga ibadah ritual seperti shalat dan puasa, tetapi juga konsistensi dalam segala aspek kehidupan: bekerja dengan jujur, menepati janji, dan menjaga hubungan baik dengan sesama.
Rasulullah Saw juga pernah bersabda:
“Katakanlah: ‘Aku beriman kepada Allah,’ kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa keimanan harus selalu disertai dengan istiqamah.
Keimanan yang hanya sesaat tidak akan menghasilkan apa-apa. Ibarat tanaman, keimanan tanpa istiqamah hanyalah benih yang tidak pernah tumbuh. Namun, dengan istiqamah, benih itu akan tumbuh menjadi pohon yang kokoh dan berbuah lebat.
Dalam kehidupan modern, tantangan untuk istiqamah sangatlah besar. Godaan materi, tekanan sosial, dan arus teknologi sering kali membuat seseorang lalai. Namun, keberhasilan sejati hanya bisa diraih oleh mereka yang mampu menjaga komitmen dan prinsip hidupnya.
Lihatlah para pengusaha muslim yang sukses, seperti Almarhum Haji Sulaiman bin Abdul Aziz Al-Rajhi, pendiri Bank Al-Rajhi di Arab Saudi. Meski bergelimang harta, ia tetap istiqamah dalam menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam bisnisnya.
Kesuksesan dunia tidak membuatnya lalai, malah ia memperbanyak sedekah dan mewakafkan sebagian besar kekayaannya untuk kepentingan umat.
Keberhasilan sejati bukanlah soal seberapa banyak harta yang kita kumpulkan, tetapi seberapa teguh kita berjalan di jalan Allah. Istiqamah memang berat, tetapi hasilnya manis. Surga yang dijanjikan bukan untuk mereka yang hanya setengah-setengah dalam berjuang, tetapi bagi yang kokoh seperti batu karang menghadapi badai kehidupan.
Sebagai renungan, mari kita berusaha untuk terus istiqamah dalam segala kondisi. Saat semangat memudar, ingatlah bahwa Allah melihat setiap usaha kita. Jangan pernah menyerah karena keberhasilan dunia dan akhirat hanya untuk mereka yang bertahan.
Jika hidup bak perahu,
Berlayar jauh ke pulau sejahtera.
Tetap istiqamah, janganlah rapuh,
Surga menanti, penuh cahaya.
#TetapTeguh