AsaKita.News, Matangkuli, Jumat (11/10) yang cerah setelah banjir merendam SMA Negeri 1 Matangkuli selama dua hari, citivas sekolah melaksanakan kegiatan pengembangan karakter akhlak mulia yang menjadi rutinitas, Dzikir Jum’at. Kegiatan yang dilaksanakan di lapangan yang masih lembab tetap terasa kekhusyukannya dan diikuti oleh lebih dari 550 Siswa, Guru dan Tendik SMA Negeri 1 Matangkuli.
Ada hal istimewa Dzikir Jum’at kali ini. Menunjukkan keseriusan pihak sekolah dalam mencegah dan menangani kekekerasan di sekolah termasuk perundungan, Kepala SMA Negeri 1 Matangkuli, Khairuddin meluncurkan aplikasi sekaligus mensosialisasikan sistem digital Pelaporan Kekerasan dan Perundungan (Larasdung). Aplikasi digital ini dapat diakses oleh seluruh siswa, guru, tenaga kependidikan termasuk wali murid untuk melaporkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh sesama maupun ordinatif dari atas ke bawah atau sebaliknya.
“Kita paham bahwa kekerasan sangat beragam dapat terjadi. Tidak hanya kekerasan fisik, namun juga kekerasan verbal, kekerasan psikis atau intimidatif akibat kebijakan, kekerasan seksual dan kekerasan lainnya. Maka setiap kita dapat melaporkan kejadian tersebut atau bahkan kita sendiri menjadi korban dari kekerasan. Semua persoalan kekerasan yang terjadi di sekolah sedapat mungkin kita selesaikan di sekolah tanpa terlebih dahulu melalui konten di sosial media, ” Kata Khairuddin
Khairuddin menambahkan bahwa ruang untuk menyampaikan kejadian tersebut tidak perlu datang ke kantor Kepala Sekolah atau menulis surat, cukup melaporkan lewat aplikasi Larasdung.
“Kita paham bahwa korban kekerasan bisa saja menimpa siswa, namun tidak tertutup kemungkinan guru dan tenaga kependidikan juga mengalami tindakan kekerasan dari siswa atau dari pimpinannya akibat kebijakan yang diskriminatif atau intimidatif. Bahkan wali murid pun bisa saja menjadi korban kekerasan dari pihak sekolah. Maka harus disampaikan. Larasdung merupakan ruang tertutup untuk laporan awal sehingga setiap permasalahan selain menjadi refleksi dan instrospeksi juga menjadi evaluasi serta penyelesaian masalah di tingkat internal terlebih dahulu, ” imbuh Khairuddin
Ketua Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) SMA Negeri 1 Matangkuli, Fahrul Zulfi mengungkapkan bahwa sistem ini hanya memiliki dua admin, yaitu Ketua TPPK dan Kepala Sekolah. Sehingga setiap laporan yang masuk tidak akan diketahui oleh publik dan segera memperoleh penanganan secara internal terlebih dahulu. Mekanisme penanganan dilakukan secara tertutup oleh tim sekolah agar setiap pihak memperoleh rasa aman dan nyaman termasuk tanpa publikasi ke media. Namun secara akuntabilitas tetap terdokumentasi langkah penyelesaian. (*)