Warga Kemukiman Pelandoek Gelar Khanduri Tahunan di Bale Raja Chiek Tradisi Lestari, Doa Bersama untuk Kemakmuran dan Keselamatan
TRIENGGADENG – Tradisi kenduri atau khanduri tahunan tetap hidup dan lestari di tengah derasnya arus modernisasi. Di Kemukiman Pelandoek, Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya, warga dari dua gampong—Pelandok Tunong dan Pelandok Teungoh—kembali menggelar acara khanduri pada Senin, 21 Juli 2025.
Acara syukuran tahunan tersebut dipusatkan di Bale Raja Chiek, sebuah tempat bersejarah yang memiliki nilai spiritual dan dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Bale ini diyakini sebagai simbol persatuan serta warisan adat dan budaya yang diwariskan oleh para leluhur.
Kehadiran masyarakat dalam jumlah besar, yang mencapai lebih dari seribu orang, menjadi bukti bahwa tradisi ini masih sangat kuat dipegang. Tidak hanya warga biasa, acara juga dihadiri oleh unsur Muspika Kecamatan Trienggadeng, termasuk Camat, Danramil, Kapolsek, Babinsa, Bhabinkamtibmas, para PPL pertanian, pendamping desa, serta tokoh-tokoh masyarakat lintas elemen di Pidie Jaya.
Keuchik Pelandok Tunong menegaskan pentingnya menjaga kesinambungan kegiatan adat ini.
“Acara khanduri ini rutin dilakukan setiap tahun dan menjadi tradisi yang harus dilestarikan oleh generasi ke generasi,” ujarnya dengan penuh semangat.
Selain doa bersama yang dipanjatkan agar masyarakat terhindar dari bala dan diberi keberkahan—terutama dalam sektor pertanian dan perkebunan—acara juga diisi dengan pemotongan dua ekor lembu untuk dimasak dan disantap bersama. Suasana gotong royong sangat terasa, dengan partisipasi aktif warga dari kedua desa. Dana kegiatan sebagian besar dikumpulkan dari warga serta sumber-sumber lain yang tidak mengikat.
Camat Trienggadeng dalam sambutannya menyampaikan harapan agar khanduri ini ke depan bisa melibatkan lebih banyak pihak:
“InsyaAllah ke depan kita harapkan acara seperti ini bisa dihadiri oleh semua dinas terkait dan masyarakat yang memiliki lahan sawah atau kebun, baik yang berdomisili di dalam maupun luar desa. Semoga Allah SWT memberkahi niat dan usaha kita semua,” tuturnya.
Khanduri ini bukan sekadar seremonial, melainkan menjadi ruang silaturahmi dan refleksi bersama bagi masyarakat. Di tengah geliat pembangunan dan modernisasi, nilai-nilai adat, kebersamaan, dan spiritualitas tetap menjadi pijakan kokoh yang mempererat hubungan antarwarga.
Dengan semangat yang terus menyala, masyarakat Kemukiman Pelandoek menunjukkan bahwa warisan budaya bukan untuk dikenang semata, tetapi dijaga, dijalankan, dan diwariskan***