“Mawardi anak muda Aceh yang punya potensi besar. Apa salahnya kita berikan kesempatan luas untuk membuktikan kemampuannya”
Asakita.news | Banda Aceh – Dukungan kepada generasi muda untuk memimpin Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) kembali mencuat. Fajarul Arwalis, pemuda Aceh sekaligus aktivis, menilai kehadiran Mawardi Nur sebagai Direktur Utama PT PEMA (Pembangunan Aceh) adalah momentum emas bagi daerah. “Mawardi anak muda Aceh yang punya potensi besar. Apa salahnya kita berikan kesempatan luas untuk membuktikan kemampuannya?” ujar Fajarul.
Di bawah kepemimpinan Mawardi Nur, PEMA berhasil menorehkan capaian penting dalam waktu singkat. Efisiensi anggaran yang dilakukan secara terstruktur menjadi pintu masuk untuk memperbaiki manajemen, sekaligus mendobrak kinerja agar lebih bermanfaat bagi Aceh. Langkah ini dinilai sebagai fondasi penting bagi kebangkitan BUMD yang lama dinanti.
Hanya dalam empat bulan terakhir, PT PEMA telah melahirkan tujuh flagship projects yang siap dijalankan. Proyek-proyek tersebut antara lain pembangunan resmiling unit, pengelolaan hics integrity, hingga rencana ekspor sawit yang ditargetkan mencapai 20.000 ton. Tak hanya itu, PEMA juga mempersiapkan ekspor kopi Aceh ke Amerika Serikat, serta memperluas relaksasi kondensor untuk menopang pendapatan daerah.
Langkah besar lainnya adalah pembangunan Crude Palm Oil (CPO) Processing Unit di Aceh. Selama ini, pasokan bahan baku minyak goreng masih bergantung pada Medan. Kehadiran unit pengolahan CPO diharapkan menjadi jalan bagi Aceh untuk mandiri dalam produksi minyak goreng. “Aceh harus mampu berdiri di atas kaki sendiri,” kata Fajarul.
Meski mencatat prestasi, PEMA sempat disorot publik terkait isu Corporate Social Responsibility (CSR) ke Universitas Trisakti. Namun, Fajarul menegaskan bahwa bantuan senilai Rp20 juta tersebut justru membawa dampak positif. “Itu bukan angka besar, tapi output-nya luar biasa. PEMA hadir bersama sponsor kelas nasional. Di sana ada jejaring, ada Ketua Alumni Trisakti, Maman Abdurrahman yang kini Menteri UMKM Nasional. Ini investasi jangka panjang bagi PEMA,” jelasnya.
Menurut Fajarul, keterlibatan PEMA dalam kegiatan nasional seperti di Trisakti akan membuka jalan investasi baru dan memperkuat jaringan strategis perusahaan. “Ini bukan sekadar CSR, melainkan jejaring yang bernilai bagi masa depan PEMA,” tegasnya.
Kini, PEMA tengah berbenah diri untuk bangkit lebih kuat. Mawardi Nur disebut memiliki visi besar sejalan dengan gagasan pembangunan Aceh yang digagas Mualem dan Dek Fadh. Dengan energi muda, konsep transformasi yang dibawa Mawardi dinilai akan menjadi penopang utama kebangkitan BUMD Aceh ke depan.
“Anak muda punya energi, keberanian, dan inovasi. Mari kita dukung Mawardi agar bisa membawa PEMA sejajar dengan perusahaan nasional,” ujar Fajarul menambahkan.
Langkah-langkah yang telah dilakukan Mawardi Nur memberi harapan baru bagi masyarakat Aceh. Jika konsistensi dan keberanian ini terus dipertahankan, PT PEMA bukan hanya akan menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga motor penggerak ekonomi Aceh menuju level nasional bahkan internasional.
Fajarul Arwalis mengingatkan bahwa sosok Dr. Syarif Thajeb, tokoh asal Aceh, merupakan pendiri Yayasan Trisakti pada 27 Januari 1966 sekaligus Menteri Pendidikan, Perguruan Tinggi, dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) saat meresmikan Universitas Trisakti pada 29 November 1965. Ia menegaskan, sejarah ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Aceh karena kontribusi besar putra daerah dalam dunia pendidikan nasional, apalagi hingga kini banyak anak Aceh yang menimba ilmu di Universitas Trisakti.