Bireuen – Nama Pak Yusri mungkin tak sering terdengar di media nasional, namun di Peusangan Raya, beliau adalah sosok yang tak tergantikan dalam sejarah pendidikan setempat. Ketokohannya tak hanya diakui sebagai politisi, tetapi juga sebagai pelaku langsung yang berjasa besar dalam berdirinya dan berkembangnya SMAN 2 Peusangan.
Kisah inspiratif ini bermula saat Yusri menjabat sebagai anggota DPRK Bireuen pada masa Bupati Mustafa Gelanggang. Saat itu, SMAN 2 Peusangan mengalami konflik serius terkait lahan yang digunakan sekolah. Pemilik tanah mempersoalkan tunggakan sewa yang mencapai Rp200 juta, dan bahkan melarang sekolah untuk beroperasi di atas tanah tersebut.
Dalam situasi genting itu, Bupati Mustafa Gelanggang menunjuk Pak Yusri untuk melakukan mediasi. Hasilnya, pemilik tanah setuju untuk menjual lahannya kepada pemerintah Kabupaten Bireuen. Namun, karena keterbatasan anggaran, pemerintah belum mampu membayar. Tanpa menunggu lama, Pak Yusri mengambil langkah berani: membeli tanah tersebut menggunakan dana pribadinya agar proses belajar-mengajar tidak terhenti.
“Waktu itu pemerintah belum punya dana. Saya putuskan beli sendiri dulu, baru tahun berikutnya pemerintah mengganti uang saya,” ujar Pak Yusri dalam perbincangan hangat bersama Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Bireuen.
Tak berhenti di situ, beberapa tahun kemudian ketika jumlah siswa meningkat tajam, sekolah kembali membutuhkan lahan untuk perluasan. Sekali lagi, Pak Yusri turun tangan membeli sebidang tanah tambahan yang kini menjadi lokasi gedung perpustakaan SMAN 2 Peusangan. Kali ini, pembayarannya dilakukan pihak sekolah dengan sistem cicilan selama empat tahun.
Kontribusi luar biasa ini membuat banyak pihak mengakui peran vital Yusri dalam perkembangan dunia pendidikan di Bireuen. Saat ini, beliau menjabat sebagai Ketua Komite Sekolah, sebuah posisi yang dijalaninya dengan penuh dedikasi.
“Bagi saya, Ketua Komite seperti Pak Yusri adalah contoh ideal. Beliau bukan hanya peduli, tapi juga hadir dan bekerja nyata untuk sekolah,” ujar Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Bireuen.
Pak Yusri pun punya prinsip yang ia pegang teguh dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua Komite.
“Komite bukan mencari penghasilan di sekolah, tapi mencari penghasilan untuk sekolah agar sekolah bisa hidup,” ungkapnya.
Sikap dan perjuangan Pak Yusri menjadi cerminan nyata dari semangat gotong royong dan dedikasi terhadap pendidikan. Di tengah keterbatasan, beliau memilih untuk hadir dan menjadi solusi. Sebuah teladan yang layak dijadikan inspirasi bagi tokoh-tokoh pendidikan lainnya di seluruh Indonesia.
artikel ini saya tulis saat kami duduk di bale salah seorang siswa SMAN 2 Peusangan di Pedalaman Peusangan Selatan, saat kami menghantarkan sumbangan untuk Vazia Maulia.
Oleh. Abdul Hamid Kacabdin Bireuen, Selasa,15/4/2025