Oleh: Sayed Muhammad Husen
Ketua Majelis Syura DDII Banda Aceh
Asakita.news. Salah satu kewajiban umat Islam di tengah derasnya arus perubahan zaman,
adalah menegakkan persatuan. Persatuan bukan sekadar bersatu secara fisik, tetapi menyatu dalam visi, hati, dan derap langkah menuju kemajuan dan kebahagiaan bersama.
Menurut Badiuzzaman Said Nursi (Khutbah Syamiyah: 93-94), kewajiban yang paling utama saat ini adalah persatuan Islam. Tujuan persatuan umat menggerakkan ikatan bercahaya yang menyatukan seluruh tempat ibadah Islam yang tersebar di mana-mana, membangunkan orang-orang yang terpaut dengannya, dan mendorong mereka menuju kemajuan lewat kesadaran diri.
Sementara Buya Hamka (1908–1981), dalam tafsir Al-Azhar, menegaskan, perpecahan adalah sebab kemunduran umat. Persatuan, menurutnya, harus dibangun atas dasar iman, akhlak, dan kesadaran sejarah bahwa Islam pernah berjaya karena bersatu.
Persatuan tersebut menghidupkan ikatan bercahaya, sebuah jaringan ukhuwah yang memancarkan kebaikan dan menghubungkan seluruh masjid, surau, mushalla, dan pusat ibadah Islam di setiap sudut dunia. Ikatan ini laksana nadi yang mengalirkan semangat dan kekuatan, menyatukan umat dalam satu denyut iman.
Allah Swt mengingatkan “Berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…”(QS Ali ‘Imran: 103). Begitu pula Rasulullah saw meminta umatnya, “Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, dan saling memutuskan hubungan. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Persatuan juga berarti membangunkan jiwa-jiwa yang tertaut dalam ikatan keimanan, agar mereka sadar akan tanggung jawab besar sebagai bagian dari umat terbaik. Umat yang diamanahkan menegakkan kebenaran.
Dengan kesadaran itu, umat terdorong bangkit dari kelengahan, membebaskan diri dari belenggu perpecahan dan melangkah bersama menuju masa depan penuh optimistik.
Lebih dari itu, persatuan Islam merupakan pintu gerbang kemajuan. Melalui persatuan, umat memiliki kekuatan membangun peradaban yang berlandaskan syariat Islam, mencetak generasi yang berilmu, berakhlak, dan berdaya saing. Generasi yang menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Ketika umat menghadapi tantangan global yang kompleks sekarang ini, mulai dari krisis akhlak hingga tekanan politik dan ekonomi, persatuan adalah kewajiban mendesak. Hanya dengan bersatu, umat Islam mampu menjaga kehormatan, meraih kemajuan, dan memantapkan posisinya sebagai cahaya di tengah kegelapan dunia.