“Kalau ada kolaborasi yang serius dan berkesinambungan, saya yakin Aceh bisa menjadi model daerah yang berhasil mengintegrasikan syariat Islam dengan sistem pendidikan modern. Itu akan menjadi kekuatan besar bagi masa depan generasi Aceh,”
ASAKITA.NEWS | BANDA ACEH – Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Aceh, A. Malik Musa, menegaskan bahwa peringatan Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) Aceh yang ke-66 harus dijadikan sebagai momentum penting untuk meneguhkan kembali kekhususan pendidikan Aceh. Menurutnya, Aceh memiliki keistimewaan dalam tiga bidang utama, yakni agama, pendidikan, dan adat istiadat, yang semuanya bermuara pada ajaran Islam.
“Ketiga keistimewaan ini harus dibungkus dalam satu kurikulum yang mencerminkan Aceh sebagai daerah bersyariat Islam. Namun, kenyataannya saat ini kurikulum kita masih ikut pola nasional, sehingga pelaksanaan syariat hanya sebatas formalitas, bukan menjadi ruh pendidikan di Aceh,” ujar Malik Musa dalam pernyataannya, Selasa (2/9/2025).
Malik menyoroti turunnya mutu pendidikan di Aceh yang menurutnya dipengaruhi oleh ketidakjelasan arah dan orientasi pendidikan. Ia menilai, tanpa kejelasan kurikulum berbasis kekhususan, siswa-siswi Aceh akan kesulitan membangun daya saing sekaligus kehilangan identitas keistimewaan yang diwariskan sejarah.
“Hardikda ini harus kita maknai bukan hanya sebagai peringatan seremonial. Tetapi sebagai titik balik untuk membentuk karakter anak didik kita agar memiliki daya saing tinggi, baik di tingkat nasional maupun global, tanpa kehilangan akar budaya dan syariat yang menjadi ciri khas Aceh,” tambahnya.
Malik juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai kunci sukses generasi mendatang. Menurutnya, kualitas sumber daya manusia Aceh sangat ditentukan oleh sejauh mana pendidikan mampu menanamkan nilai keilmuan, akhlak, dan keteguhan dalam beragama. “Kalau kita ingin Aceh berdaulat dalam dunia pendidikan, maka anak-anak Aceh harus dibekali kurikulum yang sesuai dengan kekhususan Aceh,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Malik Musa menyampaikan optimisme bahwa di bawah kepemimpinan Mualem, mutu pendidikan Aceh akan semakin baik. “Insyaallah, mutu pendidikan di Aceh bisa lebih maju jika kita bersama-sama mendorong perbaikan yang bermakna. Mualem punya visi yang kuat untuk membangun pendidikan sampai ke pelosok desa,” ujarnya.
Karena itu, ia menyerukan agar Dinas Pendidikan Aceh dan majelis pendidikan terus memperkuat kolaborasi. Menurut Malik, sinergi yang baik antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sangat diperlukan untuk melahirkan kebijakan yang berpihak pada peningkatan mutu pendidikan berbasis kekhususan Aceh.
“Kalau ada kolaborasi yang serius dan berkesinambungan, saya yakin Aceh bisa menjadi model daerah yang berhasil mengintegrasikan syariat Islam dengan sistem pendidikan modern. Itu akan menjadi kekuatan besar bagi masa depan generasi Aceh,” pungkasnya.
Malik Musa menegaskan bahwa dengan hak kekhususan yang dimiliki Aceh di bidang agama, pendidikan, dan adat istiadat, Aceh berpotensi bangkit kembali sebagai daerah tamaddun dunia. Ia optimis, apabila kurikulum pendidikan benar-benar mencerminkan nilai keistimewaan Aceh yang berlandaskan syariat Islam, maka Aceh akan menjadi pusat rujukan pendidikan unggul, terutama bagi negara-negara Islam. “Insyaallah, seluruh penjuru dunia, termasuk negara-negara Islam, akan menyekolahkan anak-anaknya ke Aceh jika keistimewaan ini kita jalankan dengan sungguh-sungguh,” ujar Malik Musa penuh keyakinan.