AsaKita.News| BANDA ACEH – Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, Cut Huzaimah, mengeluarkan imbauan tegas kepada seluruh pemangku kepentingan agar tidak lagi mengirimkan produksi karet mentah keluar daerah. Kebijakan ini selaras dengan semangat hilirisasi industri lokal, sekaligus sebagai langkah strategis mendukung pertumbuhan ekonomi Aceh secara berkelanjutan.
Menurut Cut Huzaimah, Aceh kini telah memiliki fasilitas pengolahan karet yang memadai, yakni pabrik karet milik PT Potensi Bumi Sakti (PBS) di Gampong Glee Siblah, Kecamatan Woyla, Aceh Barat. “Produksi karet Aceh tidak boleh lagi dijual dalam bentuk mentah ke luar. Kita harus mengolahnya di daerah sendiri agar manfaat ekonominya dirasakan langsung oleh masyarakat Aceh,” ujarnya di Banda Aceh.
Pabrik karet tersebut merupakan infrastruktur penting yang dibangun selama hampir 12 tahun sejak peletakan batu pertama oleh Muzakir Manaf saat menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh. Kini, dengan kapasitas produksi hingga 2.500 ton karet kering per bulan, pabrik ini menjadi simbol kemajuan dan kesiapan Aceh dalam membangun industri berbasis komoditas unggulan lokal.
Heri Safrijal, S.P., M.T.P., Ketua Pusat Studi Pemuda Aceh (PUSDA), menyampaikan apresiasi terhadap kebijakan Distanbun tersebut. Ia menyebut langkah ini sebagai bentuk konkret dari visi pembangunan hilirisasi yang digaungkan oleh Presiden Prabowo Subianto dan juga sejalan dengan arah kepemimpinan Muzakir Manaf (Muallem) dan Fadhlullah (Dek Fadh) di Aceh.
“Ini adalah keberlanjutan visi nasional dan daerah. Hilirisasi bukan hanya jargon, tapi bukti nyata dari pertumbuhan ekonomi lokal. Kita memiliki produk, pabrik, dan semangat yang kuat. Kini saatnya kita dorong semua regulasi agar berpihak kepada petani dan pelaku usaha di sektor perkebunan,” ujar Heri yang juga mantan Sekjend BEM USK.
PUSDA menilai, kehadiran pabrik pengolahan karet di Aceh bukan hanya soal fasilitas, tetapi menjadi katalisator penting untuk membuka ribuan lapangan kerja dan mendorong tumbuhnya industri turunan lainnya. Heri juga menekankan pentingnya sinergi antar sektor dalam mendukung agenda hilirisasi yang berkelanjutan.
“Cita-cita Ibu Kadis, Cut Huzaimah, adalah mulia. Mewujudkan kedaulatan ekonomi Aceh dari sektor pertanian dan perkebunan adalah langkah strategis dan berdampak langsung. Kita harus kawal dan dorong bersama, agar para petani kecil maupun besar merasakan manfaatnya,” tambahnya.
Dengan regulasi yang tepat, dukungan dari semua stakeholder, serta komitmen pemerintah daerah, hilirisasi karet diyakini akan menjadi tonggak penting dalam kebangkitan ekonomi Aceh. Ini adalah momentum untuk memastikan bahwa komoditas unggulan tidak hanya menjadi bahan mentah, tetapi menjadi sumber kesejahteraan dan kemandirian ekonomi masyarakat Aceh.