Oleh: Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Bireuen
Dalam tatanan birokrasi modern, seorang pemimpin tidak cukup hanya hadir sebagai pengambil keputusan. Ia harus mampu membaca kebutuhan zaman, memberi solusi, dan menghadirkan inovasi yang memberi manfaat nyata bagi publik. Sosok inilah yang terlihat kuat pada diri Dr. Chaidir, SE., MM, seorang aparatur yang menunjukkan konsistensi berkarya dari masa ke masa hingga layak disebut sebagai figur yang matang menduduki jabatan Eselon II.
Awal Kiprah: Mengurai Problem Informasi di Dinas Pendidikan Aceh
Karier Chaidir dimulai dari Bappeda Aceh, membidangi sektor pendidikan dan kebudayaan. Pengalaman teknis ini memperkaya dirinya dengan pemahaman utuh tentang kebutuhan dunia pendidikan. Ketika kemudian ia dipercaya menjabat Kasi Program Dinas Pendidikan Aceh, ia menemukan satu masalah mendasar:
“wartawan dan publik sulit memperoleh informasi resmi dan akurat tentang kegiatan Dinas Pendidikan Aceh”
Alih-alih membiarkan situasi ini berlarut-larut, Chaidir justru melahirkan inovasi yang kini dikenal luas—website Aceh Carong.
Website ini menjadi pusat informasi publik secara terbuka, sehingga wartawan tidak perlu lagi mengejar-ngejar kepala dinas hanya untuk mendapat rilis kegiatan. Transparansi meningkat, kebutuhan informasi terpenuhi, dan birokrasi tampil lebih modern.
Inilah ciri pemimpin visioner: melihat masalah sebagai peluang menciptakan perubahan.
Transformasi Layanan Publik: Revolusi Pembayaran Pajak di Samsat Lhokseumawe
Kreativitas Chaidir tidak berhenti pada dunia pendidikan. Ia kemudian dipromosikan menduduki jabatan Eselon III sebagai Kepala UPTD Samsat Kota Lhokseumawe.
Di sinilah naluri inovasinya kembali berbuah.
Chaidir melihat persoalan klasik:
“masyarakat enggan membayar pajak karena harus mengantre lama dan terikat waktu layanan.”
Untuk menjawab tantangan itu, ia melahirkan aplikasi SiJempol—Singkatan dari Sistem Jemput Pajak Online Lhokseumawe.
Melalui aplikasi ini, masyarakat dapat membayar pajak dari mana saja, kapan saja. Tidak hanya itu, ia bahkan menghadirkan petugas SiJempol yang turun langsung ke warung-warung kopi—ruang publik paling hidup di Lhokseumawe.
Sebuah terobosan yang bukan hanya memudahkan masyarakat, tetapi juga meningkatkan kesadaran pajak dan mendongkrak pendapatan daerah.
Di tangan pemimpin yang inovatif, birokrasi bisa menjadi lentur serta dekat dengan rakyat.
Langkah Cepat Mengokohkan Diri: Sekretaris Dinas Sosial Aceh dan Kini PLT Kadis Sosial
Atas rekam kerja yang nyata dan terukur, Chaidir kemudian dipercaya menjadi Sekretaris Dinas Sosial Aceh.
Dalam hitungan pekan, kembali ia mendapat amanah lebih besar:
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Aceh.
Amanah ini bukan semata jabatan, melainkan pengakuan bahwa ia telah menunjukkan kualitas kepemimpinan: inovatif, pekerja keras, adaptif, dan berorientasi pada pelayanan publik.
Refleksi: Pemimpin yang Lahir dari Proses, Bukan Kebetulan
Melihat jejak panjang perjalanan Chaidir, satu hal menjadi jelas:
“Ia bukan pemimpin yang lahir karena jabatan, tetapi memperoleh jabatan karena kepemimpinannya”
Dari Bappeda, Dinas Pendidikan, Samsat Lhokseumawe, hingga Dinas Sosial Aceh, ia selalu meninggalkan karya yang berbicara lebih lantang dari kata-kata.
Sosok sepertinya adalah aset bagi Aceh—pemimpin muda yang matang, berani mencoba, dan tidak pernah berhenti menciptakan solusi.
Sebagai sesama insan pendidikan dan pengabdi masyarakat Aceh, saya menyampaikan apresiasi sekaligus doa:
Selamat bekerja, teruslah berkarya.
Anda punya talenta besar, dan Aceh membutuhkan lebih banyak pemimpin seperti Anda.
Hormat saya,
Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Wilayah Kabupaten Bireuen
Saya tulis dalam perjalan Sigli Banda Aceh pagi Sabtu, 15/11/2025.


