Sigli – Asakita.News ,- Tazkiatul Sadri menjadi salah satu dari seratus wisudawan yang memadati Gedung Pidie Convention Center (PCC), Kamis (9/10/2025). Perempuan asal Gampong Blang ini berhasil menamatkan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Hilal Sigli.
Yang membuat kisah Tazkiatul begitu menginspirasi, ia bukan berasal dari keluarga berada. Ayahnya, Aswadi, sehari-hari berjualan sayur kaki lima di gerobak, sementara ibunya, Nana, hanya seorang ibu rumah tangga. Meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, semangat belajar Tazkia tak pernah padam.
Tazkia dikenal sebagai sosok pendiam, namun tekun dan gigih. Ia menempuh pendidikan dengan penuh kesabaran dan kerja keras. “Ayah saya selalu bilang, jangan malu jadi anak penjual sayur, yang penting kita jujur dan terus belajar,” ucap Tazkia saat ditemui usai prosesi wisuda.
Baginya, toga yang dikenakan hari itu bukan sekadar simbol akademik, tetapi juga tanda perjuangan panjang keluarganya. Setiap rupiah hasil jualan sayur sang ayah menjadi saksi perjalanan menuju gelar sarjana.
“Saya persembahkan kelulusan ini untuk orang tua. Tanpa mereka, saya tidak akan sampai di titik ini,” ujar Tazkia dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, Ketua STIT Al Hilal Sigli dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga kepada seluruh wisudawan yang telah berhasil menyelesaikan studinya, terutama kepada mahasiswa yang datang dari latar belakang sederhana namun berprestasi. “Mereka adalah bukti nyata bahwa pendidikan bisa menjadi jalan keluar dari keterbatasan,” katanya.
Kisah Tazkiatul Sadri kini menjadi inspirasi bagi banyak orang tua dan pelajar di Pidie. Dari kaki lima menuju podium sarjana, perjuangannya menjadi teladan bahwa tidak ada cita-cita yang terlalu tinggi bagi mereka yang mau berjuang.