Oleh: Abdul Hamid
Pidie genap berusia 514 tahun pada 15 November 2025. Kabupaten tua di pesisir utara Aceh ini memperingati hari jadinya dengan tema “Pidie Mulia Ngon Reusam, Meugah Ban Adat, Meusyuhu Lam Syariat”. Tema tersebut mengandung makna mendalam: menjunjung tinggi adat, memperkokoh syariat, dan menempatkan budaya serta nilai keislaman sebagai dasar pembangunan.
Namun, momentum perayaan HUT ke-514 seharusnya tidak hanya sebatas seremoni adat dan pesta budaya. Lebih dari itu, peringatan ini harus menjadi cermin evaluasi dan pembuka cakrawala baru bagi pemangku kebijakan, terutama dalam menata kembali arah pembangunan Pidie yang kini dirasakan tertinggal dari banyak kabupaten lain di Aceh.
Antara Sejarah dan Kenyataan
Pidie dikenal sebagai salah satu kabupaten tertua di Aceh. Sejarah mencatat, daerah berjuluk “Kerupuk Mulieng” ini pernah menjadi pusat peradaban, pendidikan, dan perdagangan. Pidie tempo doeloe menjadi motor penggerak lahirnya tokoh-tokoh besar Aceh, baik di ranah politik, pendidikan, agama, maupun dunia usaha. Tidak sedikit saudagar dan pemimpin publik Aceh berasal dari rahim Pidie.
Namun, kejayaan itu kini tinggal cerita. Realitas hari ini memperlihatkan fakta sebaliknya. Pidie kerap disebut tertinggal dibandingkan kabupaten lain yang usianya jauh lebih muda, seperti Bireuen, Pidie Jaya, bahkan Subulussalam. Ironisnya, Pidie Jaya yang lahir dari pemekaran Pidie justru berlari lebih cepat dalam beberapa indikator pembangunan.
Tantangan Serius: Kemiskinan dan Pendidikan
Dua persoalan mendasar yang selalu menjadi sorotan publik Pidie adalah kemiskinan dan kualitas pendidikan. Meski memiliki sumber daya alam dan sejarah panjang dalam dunia pendidikan, kenyataannya Pidie masih berjuang keras menekan angka kemiskinan.
Sektor pendidikan pun dinilai jauh tertinggal. Jika dulu Pidie melahirkan banyak tokoh, kini jumlah figur nasional maupun daerah yang lahir dari Pidie dapat dihitung dengan jari. Regenerasi kepemimpinan dan kualitas sumber daya manusia menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah dan masyarakat Pidie.
HUT ke-514: Momentum Menata Ulang
Perayaan HUT ke-514 ini seyogianya tidak hanya menjadi ajang nostalgia, melainkan titik balik untuk menata ulang strategi pembangunan. Ada beberapa hal yang patut menjadi prioritas:
- Penguatan Pendidikan
Menghidupkan kembali tradisi intelektual dan pendidikan berkualitas sebagaimana pernah menjadi kebanggaan Pidie. Pendidikan harus ditempatkan sebagai pondasi utama melahirkan generasi baru yang unggul dan siap bersaing. Menyiapkan guru yang berkopenten dibidangnya, menyiapkan sarana yang memadai dengan mengalokasikan dana yang cukup. Kesejahteraan guru juga harus menjadi fondasi kemajuan kabupaten penghasil krupuk mulieng. - Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Mengoptimalkan potensi lokal seperti pertanian, perikanan, dan UMKM untuk menekan angka kemiskinan. Pidie harus kembali menjadi tanah subur bagi lahirnya saudagar dan pelaku usaha yang berdaya saing. Menyiapkan generasi Pidie sebagai saudagar yang berjiwa perantau juga penting untuk mengembalikan kejayaan Pidie kedepan. Julukan cina hitam harus tetap menjadi cap untuk perantau yang berdagang. - Revitalisasi Budaya dan Adat
Tema yang diusung tahun ini menekankan pentingnya adat dan syariat. Nilai budaya tidak hanya dijadikan hiasan seremoni, tetapi harus diintegrasikan dalam pembangunan sosial yang bermartabat. - Regenerasi Kepemimpinan
Menghadirkan kembali tokoh-tokoh visioner dari Pidie yang dapat memberi kontribusi besar, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Menatap Masa Depan
Usia 514 tahun bukan angka kecil. Pidie telah melalui rentang sejarah panjang dan meninggalkan jejak yang besar dalam perjalanan Aceh. Kini, tantangan utamanya adalah bagaimana menghubungkan kejayaan masa lalu dengan masa depan yang lebih baik.
Pidie tidak boleh puas dengan seremonial semata. HUT ke-514 harus menjadi alarm untuk bangkit, menata ulang strategi pembangunan, serta mengembalikan marwah sebagai daerah yang mulia dengan adat, kuat dengan syariat, dan maju dalam pendidikan serta ekonomi.
Karena sejatinya, Pidie hari ini adalah warisan sejarah, sementara Pidie esok adalah tanggung jawab bersama.
PCC Minggu, 14/9/2025 saat menonton kegiatan sepeda santai dan senam pagi.


