Asakita.news | BANDA ACEH – Padatnya even lokal, nasional dan internasional tentang isu perdamaian pada tahun 2025 menunjukkan kuatnya harapan masyarakat Aceh, nasional dan internasional terhadap kepemimpinan Mualem.
Isu perdamaian sempat menjadi isu pinggiran selama hampir satu dekade terakhir. Tidak masuk dalam agenda utama pemerintah Aceh, Jakarta dan pihak internasional. Tahun 2025, kondisinya berubah. Konfigurasi politik mempengaruhi pengarusutamaan isu.
Tahun 2025, Mualem mengembalikan isu ini ke panggung utama. Sebuah arus yang penuh harapan. Tantangan utama yang kemudian dihadapi adalah ketika isu perdamaian tidak lagi dilihat dalam formula unistruktural, yaitu absennya perang, tetapi sudah disandingkan dengan isu kesejahteraan secara multistruktural.
Bahkan kini, taksonomi perdamaian sudah secara ketat diikat dengan isu kesejahteraan. Sehingga indikator keberhasilan perdamaian dianggap berkembang jika disertai dengan kesejahteraan. Keduanya dilihat sebagai sebuah relasi simbiotik. Bahkan mungkin dalam relasi integralistik, di mana perdamaian dan kesejahteraan adalah sebuah paket yang tidak terpisahkan, bukan hanya relasi simbiotik.
Kembalinya isu ini ke panggung utama politik Aceh harus diakui karena faktor Mualem. Tetapi pekerjaan utama Mualem saat ini adalah memaketkan perdamaian dan kesejahteraan sebagai sebuah relasi integralistik. Dua saudara kembar yang tidak terpisahkan.