• Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
Minggu, Agustus 24, 2025
  • Login
AsaKita.News
  • Beranda
  • Daerah
  • Nasional
  • Teknologi
  • Otomotif
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pariwara
  • Siswa Menulis
  • Suara Guru
  • Suara Kita
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Nasional
  • Teknologi
  • Otomotif
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pariwara
  • Siswa Menulis
  • Suara Guru
  • Suara Kita
No Result
View All Result
AsaKita.News
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Nasional
  • Teknologi
  • Otomotif
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pariwara
  • Siswa Menulis
  • Suara Guru
  • Suara Kita
Home Aceh

Musuh Utama Ayah adalah Pikirannya.

Redaksi by Redaksi
Agustus 10, 2025 | 18 : 08
in Aceh, Suara Guru
0
Musuh Utama Ayah adalah Pikirannya.
1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Nazaruddin, S.Pd., MM

Bagi banyak ayah, tantangan terbesar bukanlah orang lain, bukan pula situasi di luar dirinya. Musuh utamanya justru adalah pikirannya sendiri. Setiap hari, ia terjebak dalam medan tempur tak kasat mata, di mana lawan yang dihadapi adalah kekhawatiran, rasa tanggung jawab, dan ambisi yang terus membisikkan berbagai tuntutan.

Pertarungan itu dimulai bahkan sebelum ia membuka mata. Pikiran tentang tagihan yang harus dibayar, pendidikan anak yang harus dijamin, masa depan keluarga yang harus diamankan—semua berputar di kepalanya seperti kaset yang tak pernah berhenti. Saat orang lain sibuk mempersiapkan diri untuk beraktivitas, ia sudah terlebih dahulu “berperang” dengan strategi hidup hari ini.

Di tempat kerja, pikirannya kembali mengingatkan bahwa ia tak boleh gagal. Setiap keputusan harus tepat, setiap langkah harus terukur. Ada perasaan bahwa satu kesalahan saja bisa mengganggu ketenangan rumah tangga. Dan ketika hari berakhir, tubuhnya memang pulang, tetapi pikirannya belum tentu ikut kembali. Ia masih memikirkan pekerjaan, masa depan, bahkan masalah yang belum terjadi.

Yang lebih berat, pertempuran ini kadang berlanjut dalam mimpi. Bukan jarang seorang ayah terbangun di tengah malam, terhimpit rasa cemas tanpa sebab yang jelas. Pertarungan batin ini begitu senyap, hingga sering tak ada yang tahu seberapa keras ia berjuang.

Namun, justru di balik semua itu, kekuatan seorang ayah terpancar. Ia tidak menyerah pada pikirannya. Ia belajar berdamai dengan kecemasan, mengubah rasa takut menjadi motivasi, dan menjadikan rasa lelah sebagai tanda bahwa ia tengah berjuang untuk yang ia cintai. Meski musuh itu akan selalu ada, ia memilih untuk tetap bertarung—setiap hari, setiap waktu—demi keluarga yang ia lindungi.

Penulis adalah guru SMAN 1 Jeunib

430
Previous Post

A. Malik Musa Ketua Genta Pangan Aceh Desak Pemerintah Serius Tangani Ketahanan Pangan, Usul Hidupkan Kembali Struktur Tradisional

Next Post

BCA Syariah dan Aceh Water Gelar Funwalk “Building Healthy Life” di Lhokseumawe

Redaksi

Redaksi

Next Post
BCA Syariah dan Aceh Water Gelar Funwalk “Building Healthy Life” di Lhokseumawe

BCA Syariah dan Aceh Water Gelar Funwalk “Building Healthy Life” di Lhokseumawe

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber

Hak Cipta Asakita.news © 2024 MUSTAKIM

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
  • Nasional
  • Teknologi
  • Otomotif
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Pariwara
  • Siswa Menulis
  • Suara Guru
  • Suara Kita

Hak Cipta Asakita.news © 2024 MUSTAKIM

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In